Pages

Kamis, 10 Mei 2012

Berkenalan dengan Takdir Allah

Kemarin, (Rabu, 9 Mei 2012) kita mendengar berita duka di hampir semua media massa, cetak dan elektronik sebuah pesawat terbang komersial buatan rusia sukhoi super jet 100 yang hilang kontak didaerah gunung salak kabupaten Bogor. pesawat yang menampung  46 orang, dua di antaranya merupakan jurnalis televisi swasta itu (Trans TV) bermaksud melakukan uji coba terbang untuk kali kedua dari lima kali rencana uji coba terbang. uji coba terbang yang pertama berlangsung dengan sukses. Uji coba kedua dilakukan dan ternyata takdir Allah berkata lain, pesawat melaporkan kepada petugas bandara untuk izin terbang rendah dari 1000 kaki menjadi 6000 kaki dan terakhir hilang kontak didaerah gunung salak kabupaten Bogor. Tim sar yang bertugas mencari kesulitan karena cuacapun ternyata tak bersahabat. sehingga pencarian dilakukan esok harinya dengan menggunakan angkutan udara. Semoga Tim sar yang melakukan tugas pencarian dan penyelamatan korban dapat diberikan kekuatan dan kesehatan sehingga dapat memberikan kabar gembira bagi semua pihak terutama keluarga korban.

Sekarang kita coba alihkan topik kita ini untuk mengambil hikmah dari setiap kejadian yang terjadi, sering kita mendengar kata takdir Allah (Ketentuan dan ketetapan Allah SWT).
Apa itu Takdir ? bisakah kita melepaskan diri kita dari takdir Allah SWT ? Apakah takdir Allah itu sesuatu yang sudah baku dan tidak bisa kita ubah ataukah ia masih bisa kita ubah ?
untuk menjawab pertanyaan ini mari kita berkenalan dengan takdir Allah SWT .
Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya baik itu mengenai kadar atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi tentu ada takdirnya, termasuk manusia (Sumber : Wikipedia). Didalam ajaran agama Islam kata-kata takdir memiliki dua dimensi yakni dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan.
Dimensi ketuhanan merupakan sekumpulan ayat-ayat Al-Qur'an yang mengimformasikan bahwa allah SWT maha kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan takdir itu sendiri. berikut ayat-ayat yang mendasari ini :
  • Dialah Yang Awal dan Yang Akhir ,Yang Zhahir dan Yang Bathin (Al Hadid / QS. 57:3). Allah tidak terikat ruang dan waktu, bagi-Nya tidak memerlukan apakah itu masa lalu, kini atau akan datang).
  • Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya (takdirnya) (Al-Furqaan / QS. 25:2)
  • Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah (Al-Hajj / QS. 22:70)
  • Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya (Al Maa'idah / QS. 5:17)
  • Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya (Al-An'am / QS 6:149)
  • Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat (As-Safat / 37:96)
  • Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan (Luqman / QS. 31:22). Allah yang menentukan segala akibat.
Dimensi kemanusiaan merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang meginformasikan bahwa Allah memperintahkan manusia untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita dan tujuan hidup yang dipilihnya. berikut ayat-ayat yang mendasarinya :
  • Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (Ar Ra'd / QS. 13:11)
  • (Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Al Mulk / QS. 67:2)
  • Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Nasrani, Shabiin (orang-orang yang mengikuti syariat Nabi zaman dahulu, atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa), siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan beramal saleh, maka mereka akan menerima ganjaran mereka di sisi Tuhan mereka, tidak ada rasa takut atas mereka, dan tidak juga mereka akan bersedih (Al-Baqarah / QS. 2:62). Iman kepada Allah dan hari kemudian dalam arti juga beriman kepada Rasul, kitab suci, malaikat, dan takdir.
  • ... barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir... (Al Kahfi / QS. 18:29)  

Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan dirinya. Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berfikirnya memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi dan perencanaan yang canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan keinginannya. Manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi.
Jadi didalam Islam kita mengenal adanya istilah Takdir Mubram dan Takdir Muallaq dari pembelajaran kita tentang iman kepada Qadha dan Qadar.
Takdir mubram; yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dilahirkan dengan mata sipit , atau dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan sebagainya.
Takdir mua’llaq: yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh seorang siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian.
Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup di dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan berdoa untuk merubahnya. Usaha perubahan yang dilakukan oleh manusia itu, kalau berhasil seperti yang diinginkannya maka Allah melarangnya untuk menepuk dada sebagai hasil karyanya sendiri. Bahkan sekiranya usahanya itu dinilainya gagal dan bahkan manusia itu sedih bermuram durja menganggap dirinya sumber kegagalan, maka Allah juga menganggap hal itu sebagai kesombongan yang dilarang juga (Al Hadiid QS. 57:23).

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar